KODE Dfp 1 BPJS Kesehatan, Rokok Elektrik Berbahaya & Memperlambat Sembuh Luka Kulit | BERITA TERBARU DAN VIRAL

BPJS Kesehatan, Rokok Elektrik Berbahaya & Memperlambat Sembuh Luka Kulit

KODE 200x200
KODE 336x320 atau in artikel
Referensi pihak ketiga


Seiring dengan semakin berkembangnya teknologi, banyak pengguna rokok saat ini beralih ke rokok elektrik yang dianggap sebagian orang lebih minim beresiko terhadap kesehatan, mudah digunakan dan meminimalisir sampah yang menjadi sisa atau puntung rokok.

Jika beberapa hal itu yang menjadi alasan banyaknya orang beralih dari rokok ke rokok elektrik, anda harus berpikir ulang. Sebab, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan merilis jika rokok elektrik berbahaya, khususnya bagi kesehatan.

Penegasan tersebut sebagaimana tertulis di akun resmi BPJS Kesehatan RI. "WHO (Lembaga kesehatan dunia) pun telah mengeluarkan pernyataan bahwa rokok elektrik sangat berbahaya untuk kesehatan," tulis BPJS saat dikutip klikbabel.com di akun resminya, Selasa (7/8/2018).

Beberapa alasan diungkapkan BPJS yang menjadi pemicu buruknya rokok elektrik bagi kesehatan. "Rokok elektrik merupakan alat yang berfungsi mengubah zat-zat kimia menjadi uap dan mengalirkannya ke paru-paru, dimana zat kimia tersebut merupakan campuran zat seperti nikotin dan propylene glycol," ungkapnya. 

Dilanjutkan, apapun yang dihirup dan masuk ke paru-paru dan darah, akan berdampak langsung bagi kesehatan. "Apalagi nikotin yang terdapat dalam rokok," tutupnya. 

Penelitian soal efek samping rokok elektrik semakin banyak. Yang terbaru, efek samping rokok elektrik disebut memperlambat proses penyembuhan luka di kulit. Dr Jeffrey Spiegel, pakar bedah plastik dari Boston Medical Center, menyebut sudah sejak lama pasien bedah dianjurkan tidak merokok selama beberapa waktu agar proses penyembuhan luka berjalan cepat.

Nah, efek samping yang sama ternyata juga ditemukan pada rokok elektrik. "Berdasarkan temuan kami, rokok elektrik bukan alternatif yang aman bagi rokok tradisional, karena sama-sama memiliki efek samping memperlambat penyembuhan luka," ujar Spiegel, dikutip dari Health24.

Baru kurang lebih 10 tahun diperkenalkan di pasaran, penelitian soal rokok elektrik memang masih sangat minim. Rokok elektrik diklaim mampu jadi alternatif bagi orang yang ingin berhenti merokok dan kecanduan nikotin. Namun ada pula kajian ilmiah yang menilai bahaya rokok elektrik cukup besar, termasuk risiko alat meledak dan keracunan. Penelitian Spiegel sendiri dilakukan kepada sejumlah tikus di laboratorium.

Dalam penelitian itu ditemukan bahwa paparan rokok elektrik membuat kemampuan jaringan dan sel untuk regenerasi lebih lambat. Dalam penelitian yang dipublikasikan di jurnal JAMA Facial Plastic Surgery ini, Spiegel meminta masyarakat dan tenaga kesehatan untuk lebih memerhatikan aspek efek samping sebelum menggunakan atau mempromosikan rokok elektrik.

"Memahami risiko dan bahaya efek samping kedua buah produk rokok ini penting agar pasien tetap selamat sebelum dan sesudah operasi."

Kode 300 x 250
close
==[ Klik disini 1X ] [ Close ]==
Kode DFP2
Kode DFP2