suaradewata.com
Setiap memasuki tahun Pileg, para pakar psikologis sudah memberi peringatan resiko perburuan kursi anggota dewan. Bagi yang menang jelas akan menggembirakan tapi bagi yang kalah, kalau tidak siap mengalami gangguan kejiwaan.
Dilansir dari DW.com, Dirjen Bina Kesehatan Jiwa pada Kementerian Kesehatan, Eka Viora menilai pemilu bisa menjadi "bencana" buat kandidat yang kalah. "Mereka tidak cuma kehilangan pekerjaan dan harta, tetapi juga harga diri," katanya.
Yang mencengangkan melihat data tahun 2009 yang di akses dari Merdeka.com, Kementerian Kesehatan mencatat ada 7.736 caleg gila akibat gagal lolos mejadi anggota dewan di seluruh Indonesia.
Pada Pileg 2014, walau belum ada data pasti berapa jumlah caleg gila namun banyak pemberitaan caleg gagal yang stres dan gila banyak mendatangi pranormal untuk pengobatan, seperti di Cirebon misalnya.
Bagaimana dengan pileg tahun 2019? Dilansir dari Viva.com, fenomena caleg gila menurut Wakil Direktur RSJ Ernaldi Bahar Sumsel, Rusdi Kawilarang adalah hal yang wajar.
"Wajar kalau depresi, karena mereka maunya menang saja enggan kalah ketika mencalonkan, harusnya mereka siap menang dan siap kalah, sehingga kuat mentalnya," kata dia.
Resiko menderita stres dan depresi akibat kehilangan harta benda yang dipertaruhkan untuk modal pileg, terlilit hutang di mana-mana dan merasa malu kehilangan harga diri di mata keluarga dan masyarakat.
Untuk mengantisipasi meningkatnya jumlah pasien caleg kalah di pemilu 2019, Dirut Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Tampan Provinsi Riau, Hasneli Juwita mengatakan siap menampung caleg gila atau yang mengalami gangguan jiwa akibat kalah Pemilu 2019.
Negri-ngeri sedap, kalau gagal dan gagal lagi ya siap-siap mental dan banyak berdoa ya bos!